
Di era digital sekarang, satu hal yang paling ditakuti brand adalah: viral yang berujung masalah.
Saat sebuah brand viral, penjualan naik, permintaan meledak, dan semua orang tiba-tiba ingin mencoba produknya. Di satu sisi menyenangkan, tapi di sisi lain, reputasi brand sedang berada di titik paling rentan.
Kenapa? Karena saat brand viral, semakin banyak orang tahu siapa mereka, apa produk yang dijual, dan seberapa bagus kualitasnya. Reputasi menjadi pusat perhatian. Sedikit saja ada isu negatif, konsumen bisa langsung kehilangan kepercayaan. Dalam fase high demand ini, reputasi bisa melesat tinggi… atau runtuh seketika.
Produk Viral = Risiko Pemalsuan Ikut Naik
Permintaan tinggi selalu punya konsekuensi: lebih banyak titik rawan dalam distribusi. Jastiper, reseller, distributor, semuanya membuat produk tersebar luas dan sulit dikontrol.
Dan di titik ini, banyak brand lupa bahwa bukan hanya pihak resmi yang ikut “jualan”. Ada juga pihak-pihak yang melihat peluang untuk mengambil untung cepat.
Mulai dari:
reseller nakal yang mencampur barang
oknum yang membuat tiruan karena permintaan sedang tinggi
bahkan kompetitor yang bermain curang dengan memalsukan produk brand yang sedang hype
Semua ini bisa terjadi ketika sebuah produk sedang sangat dicari. Pemalsu memanfaatkan momen ketika konsumen tidak bisa membedakan mana produk asli dan mana yang palsu.
Masalahnya? Ketika produk palsu beredar, bukan pemalsunya yang disalahkan. Brand-lah yang dituduh kualitasnya buruk.
Akibatnya: Reputasi Hancur dan Konsumen Kehilangan Kepercayaan
Begitu produk palsu masuk pasar, efeknya langsung terasa:
konsumen mengeluh karena produk palsu tidak bekerja sebagaimana mestinya
mereka menganggap produk asli yang “tidak bagus”
muncul review negatif, tuduhan overclaim, dan komentar yang merusak reputasi brand
akhirnya, brand dianggap tidak konsisten dan tidak bisa menjaga kualitas
Dalam banyak kasus, kerusakannya bukan hanya soal reputasi. Penjualan turun, brand kehilangan kepercayaan, dan secara finansial kerugiannya bisa sangat besar.
Padahal sumber masalahnya sederhana: produk palsu yang tidak bisa dibedakan dari produk asli.
Solusinya: Stiker Hologram Biasa Sudah Tidak Cukup
Untuk melindungi reputasi brand, perlindungan keaslian harus jelas, mudah dicek, dan tidak mungkin untuk dipalsukan. Di sinilah Shieldtag hadir.
Hologram Stiker Pintar Shieldtag bukan stiker hologram biasa.
Teknologi ini menggabungkan elemen keamanan fisik + digital verification. Dengan satu stiker, brand bisa:
- memastikan setiap konsumen dapat memverifikasi keaslian produk
- melacak distribusi dan memonitor pergerakan barang
- memberikan trust signal kuat setiap kali konsumen membeli
Setiap Hologram Stiker Pintar punya kode unik yang hanya bisa digunakan satu kali.
Begitu konsumen melakukan scan QR pada Hologram Stiker Pintar Shieldtag, mereka langsung tahu apakah produk itu produk asli atau palsu.
Dengan begitu, brand bisa menjaga reputasi meski produknya viral dan tersebar luas ke berbagai channel distribusi.
Kenapa ini sangat membantu brand? Karena brand tidak bisa mengontrol semua jalur distribusi, tapi dengan teknologi autentikasi, mereka bisa mengontrol keaslian produk di tangan konsumen.
Reputasi Brand Terlalu Mahal untuk Dipertaruhkan
Shieldtag hadir untuk membantu brand memastikan hanya produk asli yang sampai ke konsumen.
Dengan Hologram Stiker Pintar Shieldtag, brand bisa mencegah pemalsuan, menjaga kualitas, dan tetap mempertahankan kepercayaan konsumen meskipun produk sedang viral di mana-mana.
Reputasi adalah aset terbesar sebuah brand. Jangan biarkan pesaing curang, pemalsu, atau distributor nakal merusaknya.
Gunakan Shieldtag, dan lindungi brand sebelum masalah terjadi.
106 tampilan
100 komentar
Lihat Semua